Rabu, 01 Juni 2016

Basudewa Krama


Kisah ini menceritakan Raden Basudewa mengembara untuk menikah dengan Endang Rohini (kelak melahirkan Prabu Baladewa) serta Dewi Dewaki (kelak melahirkan Prabu Sri Kresna). Setelah itu, Raden Basudewa menjadi raja Mandura dan menikahi Ken Badra yang diganti namanya menjadi Dewi Badraini (kelak melahirkan Dewiwara Sumbadra). Juga disisipkan kisah hubungan gelap antara Raden Basudewa dengan Ken Yasoda alias Nyai Sagopi (kelak melahirkan Patih Udawa).

Kisah ini saya olah dan saya kembangkan dari artikel Majalah Panjebar Semangat. Mengenai sayembara memperebutkan Dewi Dewaki, saya selaraskan dengan kitab Mahabharata karya Resi Wyasa, yaitu tokoh Basudeva diwakili oleh Sini (kakek Satyaki versi kitab) dalam mengikuti sayembara. Untuk cerita berikut ini, tokoh Sini saya ganti dengan Raden Ugrasena (ayah Raden Setyaki).

Surabaya, 1 Juni 2016

Heri Purwanto

------------------------------ ooo ------------------------------


RADEN BASUDEWA MENGHILANG DARI ISTANA

Prabu Kuntiboja di Kerajaan Mandura dihadap putra ketiga dan keempat, yaitu Raden Rukma dan Raden Ugrasena beserta para menteri dan punggawa, antara lain Patih Yudawangsa dan Arya Saragupita. Dalam pertemuan itu mereka membicarakan sang putra mahkota, yaitu Raden Basudewa yang sudah tiga bulan ini menghilang dari istana. Padahal, Prabu Kuntiboja merasa dirinya sudah tua dan ingin turun takhta, serta menyerahkan tampuk pemerintahan kepada putra sulungnya tersebut.

Patih Yudawangsa melapor bahwa dirinya sudah mengerahkan banyak orang untuk mencari Raden Basudewa ke mana-mana tetapi belum juga mendapatkan hasil. Mendengar itu, Prabu Kuntiboja akhirnya memerintahkan Raden Ugrasena pergi ke Gunung Saptaarga untuk meminta petunjuk kepada sang besan, yaitu Bagawan Abyasa. Ia yakin, Bagawan Abyasa yang berilmu tinggi pasti dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan Raden Basudewa. Nanti setelah mendapatkan petunjuk, Raden Ugrasena diperintahkan untuk menjemput pulang kakak sulungnya tersebut.

Raden Ugrasena pun siap melaksanakan perintah. Ia lalu mohon pamit berangkat meninggalkan istana. Prabu Kuntiboja merasa tidak ada yang perlu dibahas lagi. Ia pun membubarkan pertemuan dan masuk ke dalam kedaton, di mana Dewi Bandondari (istri) dan Dewi Maherah (menantu) sudah menunggu di gapura.

PRABU GORAWANGSA INGIN MEREBUT DEWI MAHERAH

Sementara itu di Kerajaan Guagra, tersebutlah seorang raja raksasa bernama Prabu Gorawangsa. Pada suatu malam ia bermimpi bertemu seorang wanita cantik yang mengaku bernama Dewi Maherah. Seketika Prabu Gorawangsa pun jatuh cinta kepada wanita itu dan ingin menikahinya. Begitu terbangun dari tidur, ia segera memanggil para panakawan untuk dimintai keterangan, yaitu Kyai Togog dan Bilung.

Kyai Togog yang berwawasan luas menjelaskan bahwa Dewi Maherah adalah putri Resi Amiraga dari Padepokan Andongcempaka yang kini telah menjadi istri Raden Basudewa dari Kerajaan Mandura. Antara Raden Basudewa dan Dewi Maherah sudah menikah cukup lama, namun kabarnya sampai sekarang mereka belum juga dikaruniai anak.

Prabu Gorawangsa sudah terlanjur jatuh cinta kepada Dewi Maherah dan ia tidak peduli meskipun wanita dalam mimpinya itu sudah bersuami. Kyai Togog dan Bilung menasihati Prabu Gorawangsa agar mengurungkan niatnya untuk merebut istri orang. Namun, Prabu Gorawangsa tetap keras kepala dan menolak nasihat tersebut. Ia pun mengirim Patih Suratimantra yang merupakan adiknya sendiri untuk pergi ke Mandura, memboyong Dewi Maherah.

Patih Suratimantra menerima perintah dari sang kakak, kemudian berangkat dengan membawa pasukan raksasa menuju Kerajaan Mandura.

PERTEMPURAN ANTARA PASUKAN MANDURA MELAWAN GUAGRA

Patih Suratimantra bersama pasukannya telah sampai di wilayah Kerajaan Mandura. Mereka pun membuat kekacauan untuk memancing pihak istana agar segera keluar. Tidak lama kemudian datanglah Raden Rukma dan Patih Yudawangsa menemui mereka.

Patih Suratimantra berterus terang ingin merebut Dewi Maherah dari tangan Raden Basudewa untuk diserahkan kepada kakaknya, yaitu Prabu Gorawangsa. Mendengar itu, Raden Rukma marah dan menantang Patih Suratimantra bertempur secara jantan.

Maka, terjadilah pertempuran antara kedua pihak. Raden Rukma dan Patih Yudawangsa merasa terdesak menghadapi Patih Suratimantra dan pasukannya yang ternyata sangat kuat tersebut. Bahkan, Patih Yudawangsa pun tewas dalam pertempuran itu. Merasa tidak mungkin menang, Raden Rukma lalu memerintahkan pasukannya untuk mundur dan kemudian menutup rapat-rapat pintu gerbang benteng Kerajaan Mandura.

Prabu Kuntiboja telah mendapat laporan dari Raden Rukma bahwa Kerajaan Mandura kini dikepung musuh dari Kerajaan Guagra, serta bagaimana Patih Yudawangsa gugur dalam pertempuran. Prabu Kuntiboja merasa pihak lawan sangat kuat, dan ia pun memerintahkan punggawa Arya Saragupita untuk berangkat ke Kerajaan Hastina, meminta bantuan kepada sekutu sekaligus menantunya, yaitu Prabu Pandu Dewanata.

Begitu menerima perintah tersebut, Arya Saragupita segera mohon pamit berangkat dengan berhati-hati agar jangan sampai tertangkap oleh pihak Guagra.

RADEN UGRASENA MEMINTA PETUNJUK BAGAWAN ABYASA

Sementara itu, Raden Ugrasena telah sampai di Gunung Saptaarga dan menghadap Bagawan Abyasa. Kepada besan ayahnya itu, ia memohon petunjuk tentang keberadaan Raden Basudewa yang sudah tiga bulan menghilang dari istana Mandura.

Bagawan Abyasa mengheningkan cipta sejenak, lalu membuka mata dan menjelaskan bahwa saat ini Raden Basudewa sedang berada di Gunung Suweda, di mana ia menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Namun demikian, Bagawan Abyasa melarang Raden Ugrasena untuk pergi ke Gunung Suweda. Akan lebih baik apabila Raden Ugrasena pergi ke Kerajaan Widarba saja karena di sanalah nanti ia bisa bertemu dengan kakak sulungnya tersebut.

Raden Ugrasena berterima kasih atas petunjuk yang diberikan Bagawan Abyasa. Ia pun mohon pamit berangkat meninggalkan Gunung Saptaarga, menuju Kerajaan Widarba.

RADEN UGRASENA BERTEMU PRABU PANDU

Raden Ugrasena yang telah meninggalkan Gunung Saptaarga kini bertemu kakak iparnya, yaitu Prabu Pandu Dewanata di tengah jalan. Tampak olehnya, sang kakak ipar memimpin sejumlah pasukan Hastina bersama Arya Saragupita pula. Raden Ugrasena pun bertanya ada kejadian apa di Kerajaan Mandura. Arya Saragupita menjelaskan bahwa saat ini istana sedang dikepung para raksasa dari Kerajaan Guagra yang ingin merebut Dewi Maherah, istri Raden Basudewa.

Mendengar berita itu, Raden Ugrasena merasa bimbang dan ingin pulang ke Mandura untuk membantu mengusir para raksasa tersebut. Namun, Prabu Pandu melarang dan memintanya untuk tetap melanjutkan tugas dari sang ayah, yaitu menemukan keberadaan Raden Basudewa. Soal menghadapi para raksasa, biarlah ini menjadi tugas Prabu Pandu saja.

Raden Ugrasena percaya pada kemampuan kakak iparnya tersebut. Ia pun mohon pamit melanjutkan perjalanan. Prabu Pandu lalu memerintahkan para panakawan, yaitu Kyai Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong supaya ikut menemani perjalanan Raden Ugrasena.

PRABU PANDU MENGUSIR PATIH SURATIMANTRA

Prabu Pandu dan pasukan Hastina telah sampai di wilayah Kerajaan Mandura. Mereka segera menggempur perkemahan para raksasa Kerajaan Guagra. Terjadilah pertempuran sengit di antara mereka. Dalam pertempuran kali ini, Patih Suratimantra merasa terdesak menghadapi kesaktian Prabu Pandu dan kekuatan pasukan Hastina. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur, kembali ke Kerajaan Guagra.

Prabu Kuntiboja dan Raden Rukma keluar dari dalam benteng untuk menyambut kemenangan Prabu Pandu. Mereka berterima kasih atas bantuan raja Hastina tersebut dalam mengusir musuh. Namun demikian, Prabu Pandu meminta pihak Mandura untuk tetap waspada, karena ia yakin tidak lama lagi Prabu Gorawangsa akan datang untuk membalas kekalahan pasukannya.

RADEN BASUDEWA MEMBOYONG ENDANG ROHINI

Sementara itu, Raden Basudewa yang sedang dicari-cari saat ini berada di Gunung Suweda, di mana ia telah menikah dengan Endang Rohini, putri Resi Kawita. Kepada istri barunya tersebut ia sudah menjelaskan bahwa dirinya memiliki seorang istri di istana Mandura yang bernama Dewi Maherah, putri Resi Amiraga dari Padepokan Andongcempaka. Namun, sudah sekian lama mereka menikah belum juga dikaruniai anak. Itulah sebabnya mengapa Raden Basudewa pergi berkelana adalah untuk mencari wanita yang bisa melahirkan keturunan untuknya. Hingga akhirnya ia pun bertemu Endang Rohini dan menjadikannya sebagai istri kedua.

Kini sudah tiba saatnya Raden Basudewa meminta izin kepada sang mertua untuk memboyong Endang Rohini pindah ke Kerajaan Mandura. Resi Kawita pun mempersilakan karena putrinya sudah resmi menjadi istri Raden Basudewa. Ia pun menasihati Endang Rohini untuk selalu melayani Raden Basudewa dengan sepenuh hati, serta menganggap Dewi Maherah sebagai saudara yang lebih tua.

Setelah mendapatkan restu dari sang ayah, Raden Basudewa dan Endang Rohini pun berangkat meninggalkan Gunung Suweda, menuju Kerajaan Mandura.

RADEN BASUDEWA MENOLONG BATARA BASUKI

Begitu sampai di kaki Gunung Suweda, Raden Basudewa melihat seekor ular naga berwarna putih tertindih sebongkah batu besar, di mana tampak pula seekor burung garuda siap menerkamnya. Raden Basudewa tidak tega melihatnya dan ia pun maju menyerang burung garuda tersebut yang mengaku bernama Garuda Wilmana. Terjadilah perkelahian di antara mereka yang dimenangkan oleh Raden Basudewa. Garuda Wilmana merasa terdesak dan segera terbang melarikan diri.

Ular naga berwarna putih itu pun berterima kasih atas bantuan Raden Basudewa. Kini ia meminta pertolongan sekali lagi supaya dibebaskan dari himpitan batu. Raden Basudewa bersedia membantu asalkan si naga putih berjanji tidak memangsa dirinya. Naga putih itu menyatakan bersedia, bahkan ia bersumpah selama hidupnya belum pernah memangsa manusia sama sekali.

Raden Basudewa lalu mengerahkan segenap kekuatannya untuk mendorong batu besar yang menghimpit tubuh si naga putih. Perlahan-lahan batu tersebut bergerak. Merasa agak longgar, naga putih itu pun merayap keluar dan berhasil membebaskan diri.

Sungguh ajaib, begitu terbebas dari himpitan batu, ular naga putih itu langsung berubah wujud menjadi seorang dewa, yaitu Batara Basuki.

BATARA BASUKI MEMBERIKAN PETUNJUK KEPADA RADEN BASUDEWA

Raden Basudewa dan Endang Rohini menyembah hormat kepada Batara Basuki. Sebaliknya, Batara Basuki pun berterima kasih atas bantuan putra mahkota Kerajaan Mandura tersebut. Ia bercerita bahwa dirinya kurang berhati-hati saat berkelahi dengan Garuda Wilmana tadi, sehingga tubuhnya tertimpa sebongkah batu besar dan tidak dapat bergerak, juga tidak dapat kembali ke wujud dewa.

Batara Basuki lalu bertanya apakah Raden Basudewa hendak pulang ke Kerajaan Mandura bersama Endang Rohini? Raden Basudewa pun mengiakan. Ia memang berniat memperkenalkan istri barunya tersebut kepada segenap keluarga, dan berharap Endang Rohini kelak dapat mengandung keturunannya. Terus terang Raden Basudewa merasa kecewa karena sudah bertahun-tahun menikah dengan Dewi Maherah tetapi belum juga memiliki anak. Padahal, adiknya yaitu Dewi Kunti sudah melahirkan dua orang putra dari perkawinannya dengan Prabu Pandu di Kerajaan Hastina. Itulah sebabnya, Raden Basudewa pun pergi berkelana dan memilih Endang Rohini dari Gunung Suweda sebagai istri barunya.

Batara Basuki mendengar dengan seksama lalu mengucapkan ramalan bahwa Raden Basudewa kelak memiliki empat orang anak. Anak yang pertama saat ini sudah berada dalam kandungan Ken Yasoda di Desa Widarakandang. Raden Basudewa tertunduk malu karena ternyata Batara Basuki mengetahui bahwa dirinya pernah berselingkuh dengan seorang penyanyi istana Mandura yang bernama Ken Yasoda. Adapun Ken Yasoda ini adalah adik dari punggawa Arya Saragupita.

Dengan perasaan malu Raden Basudewa pun menjelaskan peristiwa tersebut kepada Endang Rohini. Awalnya telah terjadi pertengkaran antara dirinya dengan Dewi Maherah. Raden Basudewa menuduh Dewi Maherah mandul dan tidak dapat memberinya keturunan. Sebaliknya, Dewi Maherah meminta sang suami untuk berani mengakui bahwa dirinya juga mandul dan tidak dapat membuat istri mengandung. Raden Basudewa tersinggung mendengar ucapan istrinya itu dan ia pun pindah ke kamar lain. Untuk menghibur diri, Raden Basudewa memanggil penyanyi istana bernama Ken Yasoda untuk datang ke kamarnya.

Raden Basudewa yang merasa terhibur mendengar suara Ken Yasoda akhirnya lupa diri. Ia pun berzinah dengan penyanyi cantik tersebut. Beberapa waktu kemudian, Ken Yasoda melapor kepada Raden Basudewa bahwa dirinya telah hamil akibat peristiwa tersebut. Raden Basudewa takut peristiwa aib ini bisa mencoreng wibawa Kerajaan Mandura. Ia pun menikahkan Ken Yasoda dengan tukang kuda istana yang bernama Kyai Antyagopa, lalu menyuruh mereka tinggal di Desa Widarakandang. Kyai Antyagopa lalu diangkat sebagai kepala desa tersebut, bergelar Ki Buyut Antyagopa. Raden Basudewa juga mengganti nama Ken Yasoda menjadi Nyai Sagopi.

Raden Basudewa mengakhiri ceritanya dan ia pun bertanya kepada Batara Basuki apakah tiga putranya yang lain akan lahir dari Endang Rohini? Batara Basuki menjelaskan bahwa Endang Rohini hanya akan melahirkan seorang putra saja. Adapun anak-anak yang lain masing-masing akan lahir dari ibu yang berbeda. Yang satu akan lahir dari putri Kerajaan Widarba yang bernama Dewi Dewaki, sedangkan yang satu lagi akan lahir dari penyanyi istana Mandura yang bernama Ken Badra.

Raden Basudewa terkejut mendengarnya. Itu berarti selain Endang Rohini, dirinya harus menikah lagi dengan Dewi Dewaki dan Ken Badra. Jika dengan Dewi Dewaki rasanya masih masuk akal, lalu bagaimana dengan Ken Badra? Apakah menikahi seorang penyanyi istana tidak akan merendahkan wibawa Raden Basudewa? Lalu bagaimana dengan Ken Yasoda yang juga seorang penyanyi dan kini telah mengandung putranya? Bukankah Ken Yasoda dan Ken Badra sama-sama penyanyi istana, mengapa yang satu harus disembunyikan dan yang satu harus dinikahi secara sah?

Batara Basuki pun menjelaskan bahwa Ken Yasoda sebaiknya tetap disembunyikan di Desa Widarakandang dengan nama Nyai Sagopi. Adapun Ken Badra meskipun hanya seorang penyanyi istana, namun ia ditakdirkan kelak akan melahirkan seorang perempuan tercantik di dunia. Bahkan, putri yang cantik tersebut kelak akan menurunkan raja-raja Tanah Jawa pula.

Raden Basudewa menerima penjelasan Batara Basuki dengan seksama. Ia pun meminta izin kepada Endang Rohini untuk menikah lagi dengan Dewi Dewaki dan Ken Badra. Endang Rohini menjawab bahwa sejak awal dirinya sudah menerima takdir, bahwa suaminya memiliki istri lebih dari satu. Lagipula sebelum dirinya, Raden Basudewa juga sudah menikah dengan Dewi Maherah.

Batara Basuki lalu menjelaskan bahwa saat ini Dewi Dewaki sedang dilamar banyak raja dan pangeran. Untuk itulah, kakak Dewi Dewaki yang bernama Raden Candradwipa mengadakan sayembara tanding, yaitu barangsiapa bisa mengalahkan dirinya, maka ia berhak memperistri adiknya tersebut.

Setelah memberikan penjelasan demikian, Batara Basuki pun undur diri kembali ke kahyangan.

RADEN UGRASENA MEWAKILI RADEN BASUDEWA DALAM SAYEMBARA

Setelah mendapatkan petunjuk dewata, Raden Basudewa dan Endang Rohini membelokkan perjalanan yaitu tidak lagi menuju Kerajaan Mandura, melainkan menuju Kerajaan Widarba. Sesampainya di sana, mereka melihat Raden Candradwipa bertarung di atas gelanggang menghadapi para raja dan pangeran yang ingin melamar Dewi Dewaki.

Satu persatu para pelamar tersebut menyerah kalah menghadapi kesaktian Raden Candradwipa. Hingga akhirnya yang tersisa hanya tinggal Raden Ugrasena bersama para panakawan. Raden Basudewa terkejut melihat adik bungsunya ada di bangku penonton dan segera menghampirinya. Raden Ugrasena senang bertemu Raden Basudewa. Ia menjawab bahwa dirinya datang ke Kerajaan Widarba adalah untuk menemukan kakak sulungnya tersebut, sesuai petunjuk dari Bagawan Abyasa.

Raden Basudewa pun menjelaskan kepada Raden Ugrasena bahwa dirinya telah mendapatkan petunjuk dari Batara Basuki bahwa Dewi Dewaki akan menjadi jodohnya. Maka itu, ia pun datang ke Widarba untuk mengikuti sayembara tanding.

Sementara itu, Raden Candradwipa merasa kesal melihat Raden Basudewa dan Raden Ugrasena bukannya naik ke gelanggang tetapi justru mengobrol sendiri. Ia pun menantang kedua pangeran dari Mandura itu untuk maju bersama-sama. Raden Ugrasena tersinggung melihat kesombongan Raden Candradwipa. Ia pun naik ke atas gelanggang untuk menantang pangeran dari Widarba tersebut. Ia berkata bahwa kakak sulungnya tidak perlu repot-repot turun tangan, cukup dirinya saja yang maju menghadapi kesombongan Raden Candradwipa.

Raden Candradwipa pun bertarung melawan Raden Ugrasena. Pertarungan kali ini berlangsung sangat seru. Raden Candradwipa lama-lama merasa kewalahan menghadapi lawannya itu. Akhirnya, ia pun mengaku kalah dan mengumumkan bahwa Raden Ugrasena adalah pemenang sayembara.

RADEN BASUDEWA MEMBOYONG DEWI DEWAKI

Prabu Candrapadma raja Widarba yang sejak tadi menonton sayembara yang digelar putranya, kini naik ke atas gelanggang. Ia mengumumkan bahwa Raden Ugrasena adalah pemenang sayembara yang berhak menjadi suami putrinya, yaitu Dewi Dewaki. Namun, Raden Ugrasena menjelaskan bahwa sejak awal dirinya mengikuti sayembara hanyalah untuk mewakili sang kakak, yaitu Raden Basudewa. Maka, sebaiknya Dewi Dewaki diserahkan kepada Raden Basudewa saja.

Prabu Candrapadma lalu bertanya kepada Raden Candradwipa apakah ia rela jika Raden Basudewa yang memperistri Dewi Dewaki? Raden Candradwipa mempersilakan. Ia berpendapat bahwa Raden Ugrasena yang bungsu saja sudah sedemikian hebat, tentunya Raden Basudewa yang sulung jauh lebih hebat lagi.

Demikianlah, Prabu Candrapadma pun mengumumkan pernikahan antara Raden Basudewa dengan Dewi Dewaki di hadapan para hadirin. Namun demikian, Raden Basudewa mengaku tidak dapat tinggal lama di Widarba karena harus segera pulang ke Mandura. Maka, begitu pesta pernikahan selesai, Raden Basudewa segera meminta izin kepada sang mertua dan kakak ipar untuk memboyong istri barunya tersebut.

PRABU PANDU MEMUKUL MUNDUR PRABU GORAWANGSA

Sementara itu, Prabu Gorawangsa sangat marah saat menerima laporan kekalahan Patih Suratimantra. Ia pun berangkat memimpin langsung serangan terhadap Kerajaan Mandura, demi untuk merebut Dewi Maherah. Prabu Pandu yang telah bersiaga segera menghadang serangan tersebut. Maka, terjadilah pertempuran di antara kedua pihak yang berlangsung sengit.

Prabu Gorawangsa akhirnya terdesak menghadapi kesaktian Prabu Pandu. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur. Namun demikian, ia merasa belum puas jika belum bisa mewujudkan cita-citanya. Ia pun bersumpah kelak akan datang lagi ke Kerajaan Mandura untuk merebut Dewi Maherah, meskipun dengan cara yang paling licik.

DEWI MAHERAH BERNIAT BUNUH DIRI

Setelah keadaan tenang kembali, Raden Basudewa dan kedua istri barunya datang bersama Raden Ugrasena dan para panakawan. Prabu Kuntiboja beserta segenap keluarga menyambut kepulangan sang putra mahkota yang sudah tiga bulan menghilang tersebut. Raden Basudewa pun memperkenalkan Endang Rohini dan Dewi Dewaki kepada segenap keluarga. Tidak hanya itu, Raden Basudewa juga meminta izin kepada sang ayah untuk bisa menikahi penyanyi istana yang bernama Ken Badra. Itu semua ia lakukan demi untuk memenuhi petunjuk dewata.

Dewi Maherah terkejut mengetahui sang suami telah menikah lagi, bahkan berniat menggenapi jumlah istri menjadi empat. Ia pun berkata lebih baik dirinya diambil Prabu Gorawangsa daripada dimadu tiga sekaligus. Raden Basudewa tersinggung dan mempersilakan Dewi Maherah pergi ke Guagra jika ingin menjadi istri raja raksasa tersebut.

Dewi Maherah merasa ucapannya salah. Karena malu, ia pun mengambil keris dan berniat bunuh diri. Endang Rohini dan Dewi Dewaki segera memeluk lutut Dewi Maherah dan memohon kepadanya agar menghentikan niat tersebut. Mereka mengaku tidak punya niat untuk merebut Raden Basudewa. Bagaimanapun juga mereka berjanji akan tetap menganggap Dewi Maherah sebagai kakak tertua. Mendengar itu, Dewi Maherah akhirnya luluh. Ia pun meminta maaf kepada sang suami telah berbicara kurang pantas. Ia merasa dirinya memang tidak dapat memberikan keturunan, sehingga pantas apabila Raden Basudewa menikah lagi dengan wanita lain.

RADEN BASUDEWA MENJADI RAJA MANDURA

Demikianlah, beberapa hari kemudian Prabu Kuntiboja mengumumkan pengunduran dirinya sebagai raja Mandura dan sejak saat itu ia pun hidup sebagai petapa di Gunung Gandamadana bersama Dewi Bandondari. Ia berpesan kepada putra-putranya, kelak jika dirinya meninggal agar dimakamkan di gunung tersebut.

Bersamaan dengan itu, Raden Basudewa sang putra mahkota pun diangkat sebagai raja Mandura yang baru, bergelar Prabu Basudewa. Prabu Pandu dan Dewi Kunti dari Kerajaan Hastina ikut hadir untuk menyaksikan pelantikan sang kakak.

Prabu Basudewa kemudian memberikan jabatan penting kepada kedua adiknya. Raden Rukma diangkat sebagai wakil raja yang berkedudukan di Kumbina, bergelar Aryaprabu Rukma. Sementara itu, Raden Ugrasena si bungsu diangkat sebagai senapati tertinggi yang berkedudukan di Lesanpura, bergelar Arya Ugrasena. Adapun jabatan menteri utama diisi oleh Arya Saragupita untuk menggantikan Patih Yudawangsa yang telah gugur dalam pertempuran.

Beberapa hari kemudian, Prabu Basudewa pun menikahi Ken Badra sebagai istri keempat. Sejak hari itu, Ken Badra diganti namanya menjadi Dewi Badraini.

------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------












Tidak ada komentar:

Posting Komentar