Jumat, 20 April 2018

Partajumena Rabi



Kisah ini menceritakan tentang perkawinan Raden Partajumena putra Prabu Kresna dengan Dewi Kusumadewati putri Raden Arjuna.

Kisah ini saya olah dari sumber balungan naskah Pakem Ringgit Purwa koleksi Museum Sonobudoyo yang dirangkum oleh Ki Rudy Wiratama, dengan disertai pengembangan seperlunya.

Kediri, 20 April 2018

Heri Purwanto

Untuk daftar judul lakon wayang lainnya, klik di sini

Raden Partajumena.

------------------------------ ooo ------------------------------

PRABU KRESNA HENDAK MENIKAHKAN RADEN PARTAJUMENA

Prabu Kresna Wasudewa di Kerajaan Dwarawati sedang memimpin pertemuan dan menerima kedatangan sang kakak, yaitu Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura. Dalam pertemuan itu, Prabu Kresna membahas tentang rencana menikahkan Raden Partajumena dengan Dewi Kusumadewati, putri Raden Arjuna di Kesatrian Madukara.

Raden Partajumena adalah putra Prabu Kresna yang lahir dari Dewi Rukmini. Ia jarang tinggal di istana Dwarawati karena lebih suka berkelana mencari ilmu kesaktian, mirip seperti ayahnya semasa muda dulu, yaitu saat masih bernama Raden Narayana. Di antara para putra Prabu Kresna, Raden Partajumena adalah yang paling sakti. Meskipun demikian, ia sama sekali tidak tertarik untuk memanfaatkan kesaktiannya demi mendapatkan kedudukan sebagai putra mahkota. Lagipula, Raden Partajumena sangat menghormati keputusan sang ayah yang telah menetapkan kakaknya, yaitu Raden Samba sebagai calon raja Dwarawati kelak.

Prabu Kresna merasa sudah cukup Raden Partajumena berkelana mencari pengalaman. Kini tiba waktunya bagi putranya itu untuk mengabdikan ilmu demi kepentingan negara. Untuk itu, Prabu Kresna pun berniat menikahkan Raden Partajumena dengan putri Raden Arjuna yang bernama Dewi Kusumadewati. Dengan memiliki istri, maka kehidupan Raden Partajumena diharapkan bisa lebih baik dan lebih dewasa dalam bersikap karena adanya pendamping hidup.

Prabu Baladewa menyetujui rencana Prabu Kresna tersebut. Ia pun menawarkan diri untuk menjadi pelamar ke Kesatrian Madukara. Prabu Kresna berterima kasih dan mengajak Prabu Baladewa untuk makan bersama terlebih dahulu. Namun, Prabu Baladewa menolak karena urusan makan bisa dilakukan nanti apabila sudah selesai urusan perjodohan.

Setelah dirasa cukup, Prabu Baladewa pamit berangkat menuju Kesatrian Madukara di Kerajaan Amarta. Prabu Kresna pun memerintahkan Arya Setyaki agar ikut menemani perjalanan sang kakak.

PRABU KLANAWASESA INGIN MENIKAHI DEWI KUSUMADEWATI

Tersebutlah seorang raja bernama Prabu Klanawasesa dari Kerajaan Simbarmanyura. Hari itu ia memanggil panakawan Kyai Togog dan Bilung Sarahita untuk dimintai keterangan tentang mimpinya. Semalam Prabu Klanawasesa mimpi bertemu seorang gadis cantik bernama Dewi Kusumadewati. Gadis itu mengaku sebagai putri Raden Arjuna di Kesatrian Madukara. Prabu Klanawasesa seketika jatuh cinta kepada gadis dalam mimpinya tersebut, dan bertanya kepada Kyai Togog di mana letak Kesatrian Madukara.

Kyai Togog pun bercerita bahwa Kesatrian Madukara berada di wilayah Kerajaan Amarta. Raden Arjuna sendiri adalah kesatria nomor tiga dari Pandawa Lima yang termasyhur namanya. Jika gadis bernama Dewi Kusumadewati yang ditemui Prabu Klanawasesa dalam mimpi berparas cantik, hal itu sangat wajar karena Raden Arjuna sendiri juga terkenal sebagai manusia paling tampan di muka bumi.

Prabu Klanawasesa semakin tertarik mendengarnya. Ia pun membulatkan tekad untuk menikahi Dewi Kusumadewati. Apabila Raden Arjuna tidak mengabulkan lamarannya, maka Kesatrian Madukara akan ia hancurkan rata dengan tanah. Kyai Togog dan Bilung menasihati Prabu Klanawasesa agar jangan bertindak gegabah, karena para Pandawa bukanlah manusia sembarangan. Jika Prabu Klanawasesa hendak mencari perkara dengan Raden Arjuna, maka itu namanya mencari mati. Prabu Klanawasesa tidak gentar sama sekali. Ia pun menyiapkan pasukan dan berangkat menuju Kerajaan Amarta.

PASUKAN SIMBARMANYURA BENTROK DENGAN ROMBONGAN DARI DWARAWATI

Prabu Klanawasesa dan pasukannya telah meninggalkan Kerajaan Simbarmanyura menuju Kesatrian Madukara di Kerajaan Amarta. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan rombongan dari Kerajaan Dwarawati, di mana Arya Setyaki berada paling depan. Setelah mengetahui bahwa tujuan Prabu Klanawasesa hendak melamar Dewi Kusumadewati, Arya Setyaki pun berusaha menggagalkannya. Maka, terjadilah pertempuran antara kedua rombongan tersebut.

Meskipun jumlah pasukan Simbarmanyura lebih banyak, namun Arya Setyaki mampu memporak-porandakan mereka. Prabu Klanawasesa marah melihat pasukannya diobrak-abrik. Ia pun maju menyerang Arya Setyaki. Kali ini ganti Arya Setyaki yang terdesak. Melihat itu, Prabu Baladewa segera turun dari punggung Gajah Puspadenta dan bertarung menghadapi Prabu Klanawasesa.

Prabu Klanawasesa terdesak menghadapi serangan Prabu Baladewa yang khas disertai makian menggelegar. Ia pun memerintahkan pasukannya yang tersisa untuk mundur kembali ke Kerajaan Simbarmanyura, sedangkan ia sendiri melanjutkan perjalanan menuju Kesatrian Madukara untuk menculik Dewi Kusumadewati.

DANGHYANG DRUNA MELAMAR DEWI KUSUMADEWATI UNTUK RADEN LESMANA MANDRAKUMARA

Di Kesatrian Madukara, Raden Arjuna menerima kedatangan gurunya, yaitu Danghyang Druna yang ditemani Patih Sangkuni. Keduanya datang atas perintah Prabu Duryudana di Kerajaan Hastina yang ingin menikahkan putra mahkota Raden Lesmana Mandrakumara dengan Dewi Kusumadewati. Danghyang Druna berharap Raden Arjuna menerima lamaran tersebut sehingga para Pandawa dan Kurawa bisa mempererat persaudaraan.

Raden Arjuna belum menjawab, tiba-tiba datang Prabu Baladewa bersama Arya Setyaki. Sama seperti rombongan dari Kerajaan Hastina, Prabu Baladewa pun datang untuk menyampaikan lamaran Prabu Kresna terhadap Dewi Kusumadewati sebagai calon istri Raden Partajumena.

Danghyang Druna menyela, bahwa yang pertama datang melamar adalah pihaknya, maka seharusnya lamaran mereka yang diterima. Prabu Baladewa berkata, lamaran pihak Hastina belum mendapat jawaban dari sang tuan rumah, itu artinya orang lain masih mempunyai kesempatan yang sama. Patih Sangkuni menyindir, sejak dulu Prabu Baladewa selalu melamarkan anak orang lain, kadang anak Prabu Duryudana, kadang anak Prabu Kresna, tetapi anak sendiri belum dinikahkan. Prabu Baladewa semakin marah dan memaki Patih Sangkuni tidak perlu mencampuri urusan rumah tangganya.

Raden Arjuna melerai pertengkaran mereka sebelum berubah menjadi perkelahian. Ia pun memanggil putrinya yang menjadi rebutan, yaitu Dewi Kusumadewati. Gadis itu disuruh memilih, lamaran pihak mana yang akan diterima, apakah menjadi istri Raden Lesmana Mandrakumara, ataukah menjadi istri Raden Partajumena? Dewi Kusumadewati tidak dapat menjawab sekarang. Ia bercerita bahwa dirinya sejak kecil suka belajar menabuh gamelan, maka kelak jika menikah ingin rasanya pernikahannya diiringi alunan musik gamelan Lokananta milik Kahyangan Suralaya.

Patih Sangkuni menyebut Dewi Kusumadewati anak kecil yang suka berkhayal. Ia menjanjikan gamelan milik Kerajaan Hastina juga merdu, tidak kalah dengan milik Kahyangan Suralaya. Di lain pihak, Prabu Baladewa menyatakan pihak Kerajaan Dwarawati siap mewujudkan syarat tersebut. Dulu sewaktu Raden Arjuna melamar Dewi Sumbadra, dirinya telah mengajukan syarat-syarat berat. Sekarang jika pihak Madukara yang mengajukan syarat seperti itu, ia siap menerima. Usai berkata, Prabu Baladewa dan Arya Setyaki pun pamit kembali ke Kerajaan Dwarawati.

Karena sudah diputuskan demikian, Danghyang Druna ikut pamit pula, dengan disertai Patih Sangkuni.

PRABU KRESNA MEMERINTAHKAN RADEN PARTAJUMENA MEMINTA BANTUAN KYAI SEMAR

Prabu Baladewa dan rombongan telah kembali ke Kerajaan Dwarawati dan menceritakan apa yang menjadi syarat pihak mempelai wanita. Prabu Kresna menyampaikan hal itu kepada Raden Partajumena dan memerintahkannya untuk menyerahkan hidup mati kepada Kyai Semar. Raden Partajumena mematuhi dan segera mohon pamit menuju Desa Karangkadempel.

Sesampainya di sana, Raden Partajumena segera menemui Kyai Semar dan menyerahkan hidup mati kepadanya. Kyai Semar tanggap dan mengetahui pasti Prabu Kresna yang memerintahkan demikain. Ia lalu bertanya ada masalah apa yang sedang dihadapi Raden Partajumena. Raden Partajumena pun menceritakan tentang persyaratan yang diajukan calon istrinya, yaitu Dewi Kusumadewati. Persyaratan tersebut ialah harus dapat menyediakan Gamelan Lokananta dari Kahyangan Suralaya. Kyai Semar berkata, ini hanya masalah kecil. Ia menyatakan bersedia mengantar Raden Partajumena naik ke kahyangan.

DANGHYANG DRUNA MEMINTA BANTUAN BATARI WILOTAMA

Sementara itu, Danghyang Druna juga sedang mencari cara bagaimana bisa mewujudkan Gamelan Lokananta yang diminta Dewi Kusumadewati. Ia lalu duduk bersila di bawah pohon, memohon petunjuk dewata. Tiba-tiba datang seorang bidadari turun dari langit, yaitu Batari Wilotama.

Dahulu kala Batari Wilotama pernah mengalami kutukan sehingga berubah menjadi kuda sembrani. Saat itu Danghyang Druna masih bernama Bambang Kumbayana, sedang dalam perjalanan menuju Tanah Jawa mencari sahabatnya yang bernama Raden Sucitra. Bambang Kumbayana terhalang lautan dan ia pun dihampiri si kuda sembrani penjelmaan Batari Wilotama.

Bambang Kumbayana lalu menunggangi punggung kuda itu yang ternyata mampu terbang di angkasa. Ketika sedang berada di punggung kuda, Bambang Kumbayana tertidur dan mimpi bertemu Dewi Krepi hingga menyebabkan mimpi basah. Air maninya jatuh ke laut dan disambar oleh si kuda sembrani. Sesampainya di Tanah Jawa, kuda sembrani itu hamil dan tidak mau berpisah dengan Bambang Kumbayana. Hingga akhirnya, ia pun melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Bambang Aswatama.

Bambang Kumbayana malu diejek orang karena mempunyai anak dari seekor kuda, sehingga ia pun menusuk kuda sembrani tersebut. Sungguh ajaib, si kuda sembrani berubah wujud menjadi Batari Wilotama yang kemudian kembali ke kahyangan. Bambang Kumbayana lalu melanjutkan perjalanan dan berjumpa dengan gadis dalam mimpinya, yaitu Dewi Krepi yang bersedia menjadi istrinya. Dewi Krepi pun mengasuh Bambang Aswatama bagaikan anak kandungnya sendiri.

Kini, Batari Wilotama datang lagi di hadapan Danghyang Druna. Ia datang untuk membalas jasa karena dulu telah dibebaskan dari kutukan. Danghyang Druna pun meminta bantuan agar dipinjamkan Gamelan Lokananta dari Kahyangan Suralaya. Batari Wilotama bersedia lalu ia pun segera melesat terbang ke sana.

RADEN PARTAJUMENA MENDAPATKAN GAMELAN LOKANANTA

Raden Partajumena didampingi Kyai Semar dan para panakawan lainnya, yaitu Nala Gareng, Petruk, dan Bagong telah sampai di Kahyangan Suralaya. Batara Indra menerima kedatangan mereka. Raden Partajumena menyembah hormat kepada Batara Indra, sedangkan Batara Indra menyembah kepada Kyai Semar yang merupakan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari ayahnya (Batara Guru).

Kyai Semar pun berterus terang bahwa kedatangan mereka ialah untuk meminjam Gamelan Lokananta sebagai syarat pernikahan Raden Partajumena dengan Dewi Kusumadewati. Konon gamelan ini dapat berbunyi sendiri dan suaranya menggema di angkasa. Batara Indra berkata ia bersedia meminjamkan Gamelan Lokananta, namun setelah hajatan pernikahan selesai, harus segera dikembalikan ke Kahyangan Suralaya. Kyai Semar dan Raden Partajumena menyatakan bersedia.

Batara Indra lalu memasukkan Gamelan Lokananta tersebut ke dalam sebuah kendaga (peti) pusaka. Gamelan yang jumlahnya seperangkat itu secara ajaib bisa masuk ke dalam sebuah kotak kecil yang kemudian diserahkan kepada Raden Partajumena. Batara Indra berpesan agar Raden Partajumena berhati-hati karena para Kurawa pasti ingin merebut peti tersebut.

Raden Partajumena berterima kasih atas kemurahan hati Batara Indra. Ia dan para panakawan lalu mohon pamit meninggalkan Kahyangan Suralaya.

RADEN PARTAJUMENA DIHADANG RAKSASA

Dalam perjalanan pulang menuju Kerajaan Dwarawati, tiba-tiba Raden Partajumena dan para panakawan dihadang raksasa yang mengaku bernama Ditya Wilasura. Raksasa itu berusaha merebut kotak yang dibawa Raden Partajumena. Namun, Raden Partajumena bukanlah pemuda sembarangan. Ia dengan cekatan mampu mengatasi raksasa itu dan membunuhnya.

Akan tetapi, Ditya Wilasura seolah memiliki nyawa rangkap. Begitu dibunuh, ia bisa hidup kembali dan menyerang Raden Partajumena. Berkali-kali Raden Partajumena membunuhnya, namun raksasa itu selalu dapat hidup kembali.

Kyai Semar melihat ada yang tidak beres. Ia pun menghampiri raksasa tersebut dan mengerahkan kentut saktinya. Raksasa itu muntah-muntah dan berubah kembali ke wujud asal, yaitu Batari Wilotama. Karena takut kepada Kyai Semar, Batari Wilotama pun melesat pergi ke tempat Danghyang Druna.

PARA KURAWA MENGEROYOK RADEN PARTAJUMENA

Batari Wilotama telah tiba di hadapan Danghyang Druna dan melaporkan kegagalannya. Ia menceritakan bahwa Gamelan Lokananta sudah didapatkan Raden Partajumena, namun ada Kyai Semar di samping pemuda itu. Terus terang Batari Wilotama tidak berani jika berhadapan dengan Kyai Semar. Usai meminta maaf, bidadari itu pun terbang kembali ke kahyangan.

Danghyang Druna merasa kecewa. Ia segera memberi tahu Patih Sangkuni tentang kegagalan Batari Wilotama. Patih Sangkuni lalu memerintahkan para Kurawa untuk mengeroyok Raden Partajumena dan merebut kotak berisi Gamelan Lokananta yang dibawa pemuda itu.

Arya Dursasana, Raden Surtayu, Raden Kartawarma, Raden Durmagati, dan para Kurawa lainnya, serta Adipati Jayadrata dan Bambang Aswatama segera pergi menghadang Raden Partajumena dan para panakawan. Mereka mengira Raden Partajumena seorang pemuda manja seperti Raden Samba yang selalu mengandalkan Arya Setyaki. Kebetulan Arya Setyaki tidak ada di situ, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh para Kurawa.

Namun, para Kurawa salah menduga. Raden Partajumena bukanlah seorang pemuda manja yang suka hidup nyaman di istana, melainkan gemar berkelana dan memiliki banyak pengalaman. Dengan cekatan ia mampu mengatasi para Kurawa meskipun dikeroyok dari segala arah. Kesaktian Raden Partajumena tidak berbeda seperti Prabu Kresna di masa muda dulu. Justru Arya Dursasana dan adik-adiknya yang dibuat kacau balau karena terlalu meremehkan lawan. Mereka pun berhamburan menyelamatkan diri, kembali ke Kerajaan Hastina.

PERKAWINAN RADEN PARTAJUMENA DAN DEWI KUSUMADEWATI

Raden Arjuna di Kesatrian Madukara telah mendapat kabar bahwa Gamelan Lokananta berhasil disediakan oleh pihak Kerajaan Dwarawati. Dengan senang hati ia pun memberi tahu para Pandawa lainnya dan juga para putra untuk bersama-sama mempersiapkan upacara pernikahan antara Dewi Kusumadewati dengan Raden Partajumena.

Pada hari yang telah ditentukan, rombongan pengantin pria datang dari Kerajaan Dwarawati. Raden Partajumena terlihat tampan dalam busana pengantin, sangat serasi dengan Dewi Kusumadewati yang cantik jelita. Keduanya pun dinikahkan, dengan diiringi alunan suara Gamelan Lokananta yang berkumandang di awang-awang.

Para Pandawa sibuk menerima para tamu, sehingga tidak menyadari ada penyusup yang berbaur di antara para hadirin. Penyusup itu adalah Prabu Klanawasesa raja Simbarmanyura yang hendak menculik Dewi Kusumadewati. Akan tetapi, pandangan matanya kemudian tertuju pada Dewi Pregiwa yang sibuk mengatur keluar-masuknya hidangan. Prabu Klanawasesa menjadi berubah pikiran. Ia tidak lagi berniat menculik Dewi Kusumadewati, tetapi ganti menyambar Dewi Pregiwa.

Para dayang pun menjerit-jerit karena Dewi Pregiwa diculik orang. Hal itu terdengar olah Raden Gatutkaca. Segera Raden Gatutkaca pun terbang mengejar penculik istrinya. Dalam sekejap Prabu Klanawasesa dapat tersusul. Prabu Klanawasesa tidak menyangka ada manusia yang bisa terbang mengejar dirinya. Raden Gatutkaca tanpa banyak bicara langsung melabrak raja Simbarmanyura tersebut.

Pertarungan sengit pun terjadi. Prabu Klanawasesa sebenarnya cukup sakti, namun tidak mampu menandingi kesaktian Raden Gatutkaca. Akhirnya ia pun tewas dengan kepala dicopot oleh lawannya itu. Raden Gatutkaca lalu memeluk Dewi Pregiwa dan membawa istrinya itu kembali ke tempat pesta pernikahan.

------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------

 


CATATAN : Mengenai Prabu Klanawasesa dan juga raksasa penjelmaan Batari Wilotama dalam kisah di atas adalah tambahan dari saya.


Untuk kisah pertemuan pertama Danghyang Druna dengan Batari Wilotama dapat dibaca di sini





Tidak ada komentar:

Posting Komentar